BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Belajar merupakan tindakan dan prilaku peserta didik
yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh peserta didik
sendiri. Proses belajar terjadi berkat
peserta didik mempelajari pelaajaran tersebut. Dan tentu saja dalam proses
belajar tersebut terdapat teori-teori yang mendukungnya.
Salah satu pembelajaran yang penting dala cabang
matematika adalah pembeajaran mengeai gemetri. Pembelajaran geometri merupakan
hal yang sangat penting karena sangat mendukung banyak topik lain, seperti
vektor, kalkulus, dan mampu mengembangkan kemampuanmemecahklan masalah. Suydam
(dalam Clements dan Battista, 1922:421) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran
geometri adalah mengembangkan kemampuan berfikir logis, mengembangkan intuisi
spasial mengenai dunia nyata, menamkan pengetahuan yang dibutuhkan untuk
matematika lanjut, dan mengajarkan cara membaca dan menginterprestasikan
argument matematika. Bukti-bukti d lapangan menunjukkan bahwa hasil belajar
geometri masih rendah dan perlu ditingkatkan.
Bahkan diantara berbagai cabang matematika geometri
menempati posisi yang paling memprihatinkan. Kesulitan siswa dalam memahami
konsep-konsep geomeri terutama pada konsep bangun ruang, serta kemampuan dalam
melihat range dimensi tiga masih rendah.
Era globalisasi telah membawa berbagai perbahan yang
memunculkan adanya teori-teori belajar yang dapat mendukung proses belajar. Berbagi
teori belajar dapat dikaji dan setiap teori tersebut terdapat keistimewaan
tersendiri. Dan salah satunya adalah teori yang dikembangkan oleh Van Hiele.
Terori Van Hiele dikembangkan oleh dua pemilik
matematika berkebangsaan belanda, Pierre Marie Van Hiele dan Dina Van Hiele yan
telah mengadakan penelitian di lapangan, melalui observasi dan Tanya jawab,
kemudian hasil peneliatiannya ditulis dalam sertasinya pada tahun 1950-an,
telah diakui secara internasional dan
memberikan pengaruh yang kuat dalam pembelajaran geometri di sekolah.
Unisoviet dan Ameika adalah contoh Negara yang mengbah kurikulum geomeri berdasar
pada teori Van Hiele.
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa
penerapan teori Van Hiele memberikan dampak yang positif dalam pembelajaran
geometri. Terdapat lima tahapan pemahaman geometri yaitu: tahap pengenalan
(viualisasi), analisis, pengurutan (deduksi informal), dan keakuratan (rigor).
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian
teori belajar kognitif menurut Van Hiele ?
2.
Apa saja tahpan
pemahaman geometri menurut Van Hiele?
3.
Apa saja
fase-fase pembelajaran geometri ?
4.
Apa
karakteristik teori belajar menurut Van Hiele ?
5.
Bagaimana
pengalaman belajar sesuai tahapan berfikir Van Hiele ?
6.
Apa saja teori-teori
pembelajaran geometri menurut Van Hiele ?
7.
Apa saja manfaat
teori Van Hiele dalam pengajaran geometri ?
8.
Metode dan
Pendekatan apa yang sesuai dengan teori belajar Van Hiele ?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui
pengertian teori belajar kognitif menurut Van Hiele
2.
Untuk mengetahui
tahapan pemahaman geometri menurut Van Hiele
3.
Untuk mengetahui
fase-fase pembelajaran geometri
4.
Untuk mengetahui
karakteristik teori belajar Van Hiele
5.
Untuk mengetahui
pengalaman belajar sesuai tahapan berfikir Van Hiele
6.
Untuk mengetahui
teori-teori pembelajaran geometri menurut Van Hiele
7.
Untuk mengetahui
manfaat teori Van Hiele
8.
Untuk mengetahui
metode dan pendekatan apa yang sesuai dengan teori belajar Van Hiele.
D.
Manfaat
Penulisan
1.
Menambah wawasan
tentang bagaimana teori belajar Van Hiele dengna media pembelajaran matemaika.
2.
Dapat dijadikan
sebagai masukan bagi pembaca untuk menerapkan teori-teori belajar Van Hiele
dengan media pembelajaran matematika.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Teori
Belajar Menurut Van Hiele
Tahap berfikir Van Hiele adalah kecepatan untuk
berpindah dari satu tahap ke tahap berikutnya lebih banyak dipengaruhi oleh
aktifitas dalam pembelajara. Dengan demikian, pengorganisasian pembelajaran,
isi, dan materi merupakan faktor penting dalam pembelajaran, selain guru juga
memegang peranan penting dalam mendorong kecepatan berfikir siswa melalui satu
tahapan. Tahapan berfikir yang lebih tinggi hanya dapat dicapai melalui
latihan-latihan yang tepat bukan melalui ceramah semata. Dalam perkembangan
berfikir, Van Hiele (dalam Clements dan Battista, 1992:436) menekankan pada peran
siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara aktif. Siswa tidak akan berhasil
jika hanya belajar dengan menghafal fakta-fakta, nama-nama atau aturan-aturan, melainkan siswa harus
menentukan sendiri hubungan-hubungan saling keterkaitan antara konsep-konsep
geometri daripada proses geometri.
Teori Van Hiele dikembangkan oleh Pierre Van Hiee
dan Dina Van Hiele-Geldof sekitar tahun 1950-an dan telah diakui secara
internasional (Martin dalam Abdussakir, 2003:34) dan memberikan pengaruh yang
kuat dalam pebelajaran geometi sekolah. Unisoviet dan Amerika adalah salah satu
contoh negarayang merubah kurikulum geometri berdasarkan pada teori Van Hiele
(Anne, 1999). Dan sejak tahun 1980-an penelitian ang memusatkan pada teori Van
Hiele terus meningkat (Gutierrez, 1991:237 dan Anne,1999).
B.
Tahap Pemahaman
Geometri Menurut Van Hiele
Menurut Van Hiele (1954) ada tiga unsur dalam
pengajaran matematika yaitu waktu, materi pengajaran dan metode pengajaran.
Jika ketiga unsur ini ditata dengan secara terpadu maka akan terjadi
peningkatan kemampuan berfikir anak kepada tingkatan berfikir lebih tinggi.
Tahapan berfikir atau tingkat kognitif yang dilalui
peserta didik dalam pembelajaran geometri, menurut Van Hiele adalah, sbb :
1.
Level 0 (Tingkat
Visualisasi)
Tingkat ini disebut juga dengan tingkat pengenalan.
Pada tingkat ini peserta didik memandang sesuatu bangun geometri sebagai suatu
keseluruhan (wholistic). Pada tingkat
ini siswa belum memperhatikan komponen-komponen dari masing-masing bangun.
Dengan demikian, meskipun pada tingkat ini peserta didik sudah mengenal nama
suatu bangun, namun peserta didik belum mengamati ciri-ciri bangun itu. Contoh:
pada tingkat ini peserta didik tau tentang suatu bangun persegipanjang tetapi
peserta didik belum menyadari ciri-ciri pada bangun persegipanjang tersebut.
2.
Level 1 (Tingkat
Analisis)
Tingkat ini dikenal sebagai tingka deskriptif. Pada
tingkat ini peserta didik sudah mengenal bangun-bangun geometri berdasarkan
ciri-ciri masing-masing bangun. Dengan kata lain, pa tingkat ini peserta didik
sudah terbiasa menganalisis bagian-bagian yang ada pada sutau bangun dan
mengamati sifat-sifat yang dimiliki oleh unsur-unsur tersebut.
3.
Level 2 (Tingkat
Abstraksi)
Tingkat ini disebut juga dengan tingkat pengurutan
atau tingkat rasional. Pada tingkat ini, peserta didik sudah bisa memahami
hubungan antar ciri yang satu dengan yang lain paa suatu bangunan. Contoh :
pada tingkat ini siswa sudah bisa mengatakan bahwa jika pada suatu segiempat
sisi-sisi yang berhadapn sejajar,maka sisi-sisiyang berhadapan itu sama
panjang. Disamping itu pada tingkat ini siswa sudah memahami perlunya defenisi
untuk tiap-tiap bangun. Pada tahap ini siswa juga sudah bisa memahami hubungan
antara bangun yang satu dengan bangun yang lain. Misalnya pada tahap ini siswa
sudah bisa memahami bahwa setiap persegi adalah persegi panjang juga, karena
persegi juga memiliki ciri-ciri persegipanjang.
4.
Level 3
(Tingkat Deduksi Formal)
Pada tingkat ini peserta didik sudah memahami
peranan pengertian-pengertian pangkal, defenisi-defenisi, ksioma-aksioma, dan
teorema-teorema dalam geometri. Pada tingkat ini peserta didik sudah mulai
mampu menyusun bukti-bukti secara formal. Ini berarti pada tingkat ini peserta
didik sudah memahami proses berfikir yang bersifat deduktif-aksiomatis dan
mampu menggunakan proses berfikir tersebut.
5.
Level 4 (Tingkat
Rigor)
Tingkat ini disebut juga tingkat mematematis.pada
tingkat ini, peserta didik mampu melakukan penalaran secara formal tentang
sistem-sistem matematika (termasuk sistem-sistem geometri), tanpa membutuhkan
model-model yang kongkrit sebagai acuan. Pada tingkat ini, peserta didik
memahami bahwa dimungkinkan adanya lebih dari satu geometri. Contoh : pada
tingkat ini siswa menyadari bahwa jika salah satu aksioma pada suatu sistem
geometri diubah, maka seluruh geometri tersebut juga akab berubah. Sehingga,
pada tahap ini siswa sudah memahami adanya geometri yang lain disamping
geometri euckides.
C.
Fase-fase
Pembelajaran Geometri
Menurut teori Pierre Van Hiele (dalam Muharti, 1993)
tingkat-tingkat pemikiran geometrik dan fase pembelajaran siswa berkembang atau
maju menurut tingkat-tingkat sbb :
1.
Fase 1
(Informasi)
Pada awal tingkat ini, guru dan siswa menggunakan
Tanya jawab dan kegiatan tentang objek-objek yang dipelajari pada tahap
berfikir siswa. Dalam hal ini objek yang dipelajari adalah sifat komponen dan
hubungan antar komponen bangun-bangun segiempat. Guru mengajukan pertanyaan
kepada siswa sambil melakukan observasi. Tujuan dari kegiatan ini adalah:
a.
Guru mempelajari
pengalaman awal yang dimiliki siswa tentang topic yang dibahas.
b.
Guru mempelajari
petunjuk yang muncul dalam rangka mentukan pembelajaran selanjutnya yang akan
diambil.
2.
Fase 2
(Orientasi)
Siswa menggali topick yang dipelajari mealui
alat-alat yang dengan cermat telah disiapkan guru. Aktivitas ini akan
berangsur-angsur menampakkan kepada siswa struktur yang member ciri-ciri sifat
komponen an hubungan antar komponen suatu bangun segiempat. Alat ataupun bahan
dirancang menjadi tuas pendek sehingga dapat mendatangkan respon khusus.
3.
Fase 3
(Penjelasan)
Berdasarkan pengalaman sebelumnya siswa menyatakan
pandangan yang muncul mengenai struktur yangdiobservasi. Disamping itu, untuk
membantu siswa menggunakan bahasa yang tepat dan akurat,guru member bantua
sesedikit mungkin. Hal tersebut
berlangsung sampai sistem hubungan pada tahap berfikir mulai tampak
nyata.
4.
Fase 4
(Orientasi Bebas)
Siswa menghadapi tugas-tugas yang lebih kompleks
berupa tugas yang memerlukan banyak langkah, tugasyang dilengkapi dengan banyak
cara, dan tugas yang open-ended.
Mereka memperoleh pengalaman dalam menemukan cara mereka sendiri, maupun dalam
menyelesaikan tugas-tugas. Melalui orientasi diantara para siswa dalam bidang
investigasi banyak hubungan antar objek menjadi jelas.
5.
Fase 5
(Integrasi)
Siswa meninjau kembali dan meringkas apa yang telah
dipelajari. Guru dapat membantu siswa dalam membuat sintesis ini dengan
melengkapi survey secara global terhadap apa yang telah dipelajar. Pada akhir
fase kelima ini siswa mencapai tahap berfikir yang baru.
D.
Karakteristik
Teori Van Hiele
Crowley 1987 (dalam Nur’aeni 2008 menyatakan bahwa
karakteristik terori Van Hiele adalah sbb :
1.
Tingkatan
tersebut bersifat rangkaian yang berurutan.
2.
Tiap tingkatan
memiliki simbol dan bahasa tersendiri.
3.
Apa yang
implisit pada suatu tingkatan aka menjadi eksplisit pada tingkatan berikutnya.
4.
Bahan yang
diajarkan pada siswa diatas tingkatan pemikiran mereka dianggap sebagai reduksi
tingkatan.
5.
Kemajuan dari
satu tingkatan ke tingkatan berikutnya tergantung pada pengalaman pembelajaran
bukan pada kematangan atau usia.
6.
Seseorang
melangkah melalui berbagai tahapan dalam melalui satu tingkatan ke tingkatan
berikutnya.
7.
Pembelajar tidak
dapat memiliki pemahaman pada satu tingkatan tanpa melalui tingkatan
sebelumnya.
8.
Peranan guru dan
peranan bahasa dalam konstruksi pengetahuan siswa sebagai sesuatu yang krusial.
E.
Pengalaman
Belajar sesuai Tahap Berfikir an Hiele
Crowley (1987:7-12) menjelaskan aktifitas-aktifitas
yang dapat digunakan ada beberapa tahap yaitu, sbb :
1.
Atifitas Tahap 0
(Visualisasi)
Pada taham 0 ini bangun-bangun geometri diperhatikan
berdasarkan penampakan fisik sebagai suatu keseluruhan. Aktifitas untuk tahap
ini antara lain sbb :
a.
Manipulasi,
mewarna, melipat dan mengkonstruk bangun-bangun geometri.
b.
Mengidentifikasi
bangun atau relasi geometri dalam suatu gambar sederhana, dalam kumpulan
potongan bangun, blo-blok pola atau alat peraga yang lain, dalam berbagai
oerientasi melibatkan objek-objek fisik lain didalam kelas, rumah, foto, atau
tempat lain, dan dalam bangun yang lain.
c.
Membuat bangun
dengan menjiplak gambar pada kertas bergaris, menggambar bangun, dan
mengkonstruk bangun.
d.
Mendeskripsikn
bangun-bangun geometrid an mngkonstruk secara verbal menggunakan bahasa baku
atau tidak baku, misalnya kubus “seperti pintu atau kotak”.
e.
Mengerjakan
masalah yang dapatdipecahkan dengan menyusun, mengukur, dan menghitung.
2.
Aktifitas Tahap
1 (Analisis)
Pada tahap 1ini siswa diharapkan dapat mengungkapkan
sifat-sifat bangun geometri. Aktifitas untuk tahap ini aalah :
a.
Mengukur,
mewarna, melipat, memotong, memodelkan dan menyusun dalam urutan tertentu untuk
mengdentifikasi sifat-sifat dan hubungan geometri lainnya.
b.
Mendeskripsikan
kelas suatu bangun sesai sifat-sifatnya.
c.
Membandingkan
bangun-bangun berdasarkan karakteristik sifat-sifatnya.
d.
Mengidentifikasi
dan menggambar bangun yang diberikan secara verbal tau diberikan sifat-sifatnya
secara tertulis.
e.
Mengidentifikasi
bangun berdasarkan sudut pandang visualnya
f.
Membuat suatu
aturan dan menggeneralisasi secara empiric (berdasarkan contoh yang
dipelajari).
g.
Mengidentifikasi
sifat-sifat yang dapat digunakan untuk mencirikan ata mengkontraskan
kelas-kelas bangun yang berbeda.
h.
Menemukan sifat
objek yang tidak dikenal.
i.
Menjumpai dan
menggunakan kosakata atau simbol-simbol yang sesuai.
j.
Menyelasaikan
masalah geometri yang dapat mengarahkan untuk mengetahui dan menemukan
sifat-sifat suatu gambar, relasi gometri, atau pendekatan berdasarkan wawasan.
3.
Aktifitas Tahap
2 (Deduksi Informal)
Pada tahap ini siswa diharapkan mampu mempelajari
keterkaitan antara sifat-sifat dan bangun geometri yang dibentuk. Aktifitas
siswa untuk tahap ini adalah :
a.
Mempelajar
hubungan yang telah dibuat pada tahap 1, membuat inklusi, dan membuat
implikasi.
b.
Mengidentifikasi
sifat-sifat minimal yang menggambar suatu bangun.
c.
Membuat dan
menggunakan defenisi.
d.
Mengikuti
argument-argumeninformal.
e.
Menyajikan
argument-argumen informal.
f.
Mengikuti
argument deduktif, mungkin dengan
menyisipkan langkah-langkahyang kurang.
g.
Memberikan lebih
dari satu pendekatan atau penjelasan.
h.
Melibatkan
kerjasama dan diskusi yang mengarah pada pernyataan dan konversnya.
i.
Menyelesaikan
masalah yang menekanan pada pentingnya sifat-sifat gambar dan saling
keterkaitannya.
F.
Teori-Teori
Pembelajaran Geometri Menurut Van Hiele
Selain mengemukakan mengena tahap-tahap perkembangan
kognif dalam memahami geometri, Van Hiele juga mengemukakan beberapa teori
berkaitan dengan pengajarangeometri. Teori-teori tersebut antara lain, sb:
1.
Tiga unsur utama
pengajaran geometri yaitu waktu, materi pengajaran dan metode penyusun. Apabila
dikelola secara terpadu apat mengakibatkan peningkatan kemampuan berfikir anak
kepada tahap yang lebih tinggi dari tahap sebelumnya.
2.
Bila dua orang
yang mempunyai tahap berfikir berlainan kemudian saling bertukar fikiran, maka
kedua orang tersebut tidak akan mengerti. Contoh : seorang anak tidak mengerti
mengapa gurunya membuktikan bahwa jumlah sudut-sudut dalam sebuah jajar genjang
adalah 3600, misalnya anak itu berada pada tahap pengurutan ke awah. Menurut
anak pada tahap yang disebutkan pembuktiannya tidak perlu sebab sudah jelas
bahwa jumlah sudut-sudut 3600. Sedangkan contoh lain seorang anak yang berada
paling tinggi pada tahap kedua atau tahap aalisis, tidak mengerti apa yang
dijelas kan gurunya bahwa kubus itu adalah balok, dan belah ketupat itu
laying-layang. Gurunya pun sering tidak mengerti mengapa anak yan diberikan
penjelasan terebut tidak memahaminya.
Menurut Van Hiele, seorang anak yang berada pada tingkat yang lebih rendah
tidak akan mungkin dapat mengerti materi yang berada pada tingkat yag lebih
tinggi dari anak tersebut. Kalaupun dipaksakan maka anak tidak akan memahaminya
tetapi nanti bisa dengan melalui hafalan.
3.
Untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan yaitu ak memahami geometri dengan pengertian.
Kegiatn anak harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak itu sendiri,
atau disesuaikan dengan tahap berfikirnya. Dengan demikian anak dapat
memperkaya pengalaman dan cara berfikirnya, selain itu sebagai persiapan untuk
meningkatkan tahap berfikirnya ke tahap yang lebihdari tahap sebelumnya.
G.
Manfaat Teori
Van Hiele Dalam Pengajaran Geometri
teori yang dikemukakan leh Van Hiele memg lebih
sempit karna ia hanya mengkhususkan pada pengajaran geometri saja. Mesipun
sumbasinya tidak sedikit dalam geometri. Berikut hal-hal yang dapat diambil
manfaat dari teori yang ia kemukakan :
1.
Guru dapat
mengambil manfaat dari tahap-ahap perkembangan kognitif anak yang dikemukakan
leh Van Hiele, dengan mengetahui engapa seorang anak tidak memahami bahwa kubus
merupakan balok, karena anak tersebut tahap berfikirnya masih berada pada tahap
analisis kebawah.
2.
Supaya anak
dapat memahami geometri dengan pengertian, bahwa pengajaran geometri harus disesuaikan
dengan tahap perkembangan berfikir anak itu sendiri.
3.
Agar topik-topik
pada materi geometri dapat dipahami dengan baik dan anak dapat mempelajari
topik-topik tersebut berdasarkan urutan tingkat kesukarannya yang dimulai dari
tingkat yang paling mudah sampai dengan tingkat yang paling rumit dan kompleks.
H.
Metode
Pendekatan yang Sesuai dengan Teori Van Hiele
1.
Metode Tanya
Jawab
Tanya awab adalah suatu metode pengjaran yang paling
sering dipakai dalam pengajaran Agama dan pelajaran non eksak lainnya. Hal ini
mengingat pelaksanaannya yang sederhana, artinya tidak banyak biaya atau
fasilitas yang diperlukan seperti meted proyek karyawisata, sosiodrama, dsb.
Namun metode ini mempunyai banyak ekali manfaat, yaitu :
a.
Untuk meninjau
pelajaran yang lalu (melalui metode ceramah).
b.
Melatih siswa
untuk berani mengemukakan dan atau menanyakan sesuatu menurutnya tidak atau
kurang jelas.
c.
Untuk
mengarahkan pemikiran siswa ke suatu kesimpulan (generalisasi).
d.
Membangkitkan
perasaan ingin tahu dan ingin bisa pada diri siswa.
Berdasarkan manfaat tersebut maka disimpulkan bahwa
:
a.
Seorang guru
ketika mengajar dapat melihat umpan balik dari siswa yang akan memudahkan
baginya untuk mengevaluasi dan menentukan tindak lanjutnya.
b.
Bagi siswa,
disamping menjadi aktif dan berani mengemukakan buah pemikirannya, mereka juga
semakin bertambah kreatif.
Namun sekarang yang menjadi permasalahannya
bagaimana metode Tanya jawab inid dapat berjalan dengan baik sesuai yang
diharapkan? Atau sejah manakah efektifitas pertanyaan yang telah dilaksankan?
Proses belajar yang efekti bisa ditimbulkan oleh pertanyaan yang efektif pula.
Namun metode ini sering mengalami hambatan dan kelemahan yag tidak diinginkan, baik dari segi
pendidik, siswa dan efisiensi waktu. Untuk itu, para pendidik diharapkan :
1)
Adanya
pengertian tentang eksistensinya didalam kelas.
2)
Memahami peranan
pertanyaan saat proses belajar megajar berlangsung.
3)
Menguasai tenik
mengajukan pertanyaan. Agar pertanyaan yang diajukan menjadi lebih efektif,
dibutuhkan penguasaan keterampilan dasar sbb :
a)
Phrasing,
yaitu menyusun kalimat tanya yang jelas dan singkat. Dan hendaknya hindari
pertanyaan yang mengaburkan pemikiran siswa. Juga kata-kata yang dipakai
disesuaikan dengan taraf kemampuan siswa.
b)
Focusing,
yaitu memusatkan perhatian siswa kearah jawaban yang diminta pendidik. Ini
menyangkut tingkat scope pertanyaan
dan aspek jumlah tugas pertanyaan. Yang diminta adalah respon tunggal bukan
repon ganda.
c)
Pausing, yaitu
member kesempatan sejenak kepada siswa untuk menyusun jawabannya. Ini
disebabkan adanya perbedaan siswa dalam kecepatan merespon dalam berfikirnya
(persepsi). Sehingga cara ini memperhatikan perbedaan individual.
d)
Reinforcement,
yaitu teknik member hadiah atau dorongan yang dikehedaki siswa. Hadiah ini bisa
berupa ucapan-ucapan atau pesan fissi seperti senyuman, anggukan kepala,
pujian, dll.
e)
Promting, yaitu
mincing siswa dengan pertanyaan lain agar terbimbing dalam menemukan jawaban
dari pertanyaan pertama.
f)
Probing,
yaitu mengajukan pertanyaan yang bersifat melacak. Guru mengikuti serpon siswa
untuk memikirkan jawaban yang telah mereka ajukan dengan maksud untuk
mengembangkan jawaban pertama tasi agar lebih jelas, akurat dan original.
2.
Pendekatan
Induktif
Pendekatan induktif pada awalnya dikemukakan oleh
filosof Inggris Prancis Bacon (1561) yang menghendaki aga penarikan kesimpulan
didasarkan ole fakta-fakta yang kongkrit sebanyak mungkin. Berfikir induktif
adalah suatu proses berfikir yang berlangsung dari khusus ke umum. Orang
mencari ciri-ciri tas sifat-sifat tertentu dari berbagai fenomena, kemudia
menarik kesimpulan bahwa cirri itu terdapat pada semua jenis fenomena. Menurut
Purwanto (dalam segala,2003:77) tepat atau tidaknya kesimpulan atau cara berfikir
yang diambil ecara induktif bergantung pada representative atau tidaknya sampel
yang diambil mewakili fenomena keseluruhan. Makin besar jumlah sampel yang
diambil berarti refresentatif dan tingkat kepercayaan dari kesimpulan semakin
besar, begitu pula sebaliknya.
Pendekatan induktif berarti pengjaran yang bermula
dengan menyajikan sejumlah keadaan khusus kemudian dapat disimpulkan menjadi
suatu konsep, prisip atau aturan. Pendekatan induktif menggunakan penalarazn
induktif yang bersifat empiris. Dengan cara ini konsep-konsep matematika yang
abstrak dapat dimengerti siswa melalui benda-benda konkret.
Penalaran yang dilakukan melalui pengalaman dan
pengamatan ada kelemahannya, yakni kesimpulannya tidak berlaku secara umum.
Oleh Karena itu dalam matematika formal hanya dipakai induktif lengkap atau
induksi matematik, sehingga dengan menggunakan induksi lengkap, maka kesimpulan
yang ditarik dapat berlaku secara umum.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Bedasarkan pembahasan yang telah diuraikan, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.
Menurut Van
Hiele, dalam belajar geometri perkembangan berfikir peserta didik terbagi
menjadi lima tingkat, yaitu tingkat 0 (Visualisasi),tingkat 1 (Aanalisis),
tingkat 2 (Abstraksi), tingkat 3 (Deduksi), dan tingkat 4 (Rigor).
2.
Untuk
meningkatkan tingkat berfikir dan penguasaan peserta didik dalam geometri Van
Hiele mengajukan ima tahap pembelajara, yaitu : tahap informasi (Information), tahap orientasi terbimbing
(Guided Orientatin), tahp eksplisitasi (Explicitation), tahap orientasi bebas (Free Orientation), dan tahap integrasi (Integration), yang msing-masing memiliki implikasi pada prencanaan
pembelajaran yang harus dipersiapkan oleh guru.
B.
Saran
Penulis
menyarankan kepada para pembaca dan seorang guru agar bisa memahami apa yang
dibicarakan dan dibahas dalam pembahasan makalah ini, semoga makalah ini
bermanfaat bagi penulis dan juga pembaca. Apabila terdapat kekurangan dalam
penulisan dan isi makalah ini penulis meminta maaf atas kekurangan tersebut dan
penulis menunggu kritikan yang bersifat membangun untuk penulisan makalah
selanjutnya dari pembaca.